Para ahli dan akademisi meyakini bahwa kondisi planet yang memanas telah membuat hewan berpindah, terjadi persinggungan antarspesies, hingga memungkinkan kontak antara hewan dan manusia. Hal inilah yang memicu peluang bagi mikroorganisme parasit seperti virus corona misalnya masuk ke inang baru (manusia).
“Kita punya banyak alasan untuk menyelamatkan iklim, untuk meningkatkan kesehatan kita. Mengurangi risiko munculnya penyakit menular salah satunya,” kata Aaron Bernstein, Direktur Pusat Iklim, Kesehatan, dan Lingkungan Harvard University, dikutip dari Majalah Tempo, 5 Desember 2020.
Kondisi ini yang mendorong komunitas internasional mendesak pemerintah negara-negara di dunia untuk memulihkan ekonomi dengan cara berkelanjutan. Pemerintah Indonesia merespons desakan ini dengan menyatakan komitmennya langkah hijau mengatasi krisis akibat COVID-19.
“Indonesia juga ingin melakukan transformasi besar. Menjadi komitmen Indonesia menuju ekonomi lebih hijau dan berkelanjutan. Geliat pemulihan ekonomi tidak boleh lagi mengabaikan perlindungan terhadap lingkungan,” kata Presiden Joko Widodo dalam KTT G20 November 2020, mengutip CNBC Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan hal serupa. Menkeu menegaskan, “Pemulihan ekonomi hijau yang inklusif akan membantu kita membangun kembali perekonomian secara lebih kuat dan lebih baik. Ini adalah hal yang seharusnya kami lakukan untuk mengatasi tantangan COVID-19 dan perubahan iklim.”
Yang terbaru, 25 Januari 2021, Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memastikan, kebijakan ekonomi hijau sudah masuk dalam rencana kerja pemerintah tahun 2021 untuk mengatasi krisis COVID-19 dan krisis iklim. Kebijakan dimaksud adalah konsep ekonomi sirkular yang disebut sejalan dengan pembangunan rendah karbon.
Menurut Suharso, salah satu langkah konkret menerapkan ekonomi sirkular adalah dengan “mengembangkan skema investasi berkelanjutan melalui investasi pada energi terbarukan, restorasi lahan, pengembangan industri hijau.”
Ikuti terus konten menarik dan eksklusif seputar pemulihan hijau atau green recovery dengan berlangganan Nawala Cerah di sini!
Luar biasa, betapa mulia perbuatan ini, ditambah bahwa kekuatan bangsa Negara kita adalah sektor kehutanan dan kelautan..hutan lestari masyarakat berseri, Leuweung hejo masyarakat ngejo..hutan adalah benteng pertahanan kuat dari Indonesia dan sumbangsih besar pada ketahanan Bumi .. sukses untuk semua, Tatang Supriatna, Sumedang Jawa Barat. Aktivis lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Benteng terakhir air kehidupan
Kita selama ini mengenal benteng(dingding) atau tembok penghalang dari serangan dari luar yang dapat membahayakan diri dari musuh.
Kali ini kita dihadapkan penyakit covid 19 yang merajai seluruh bumi.
Mengingat hal ini, bisa dikatakan kita adalah perusak bumi(ya”juj dan ma”juj). Pemanfaatan teknologi yang tidak arif bijaksana terhadap lingkungan alam,Membuat bumi kita menghadapi kehancuran.
Benteng peradaban yang masih kokoh kita saat ini ada di pegang teguh oleh orang-orang baduy,suku kanekes.
Sekarang ini semestinya kita memakai teknologi yang arif bijaksana terhadap alam.
Jadi mari kita lebarkan benteng-benteng ini dengan kebijakan yang baik untuk alam seperti pengolahan sampah yang mencemari lingkungan.