Transisi ke energi bersih mendesak dilakukan di Indonesia. Desakan menjadi kian krusial dalam serangkaian upaya tidak hanya untuk mengurangi dampak krisis iklim, tetapi juga memastikan stabilitas ekonomi jangka panjang, khususnya di masa dan setelah pandemi. Namun, transisi ini akan sulit tercapai jika tak didukung kebijakan-kebijakan kunci.
“Secara khusus [kepada pemerintah Indonesia], saya merekomendasikan introduksi pemberlakukan pajak karbon akan bahan bakar fosil, pengenalan standar portofolio terbarukan disertai sertifikat hijau serta transisi ke lelang dengan harga serendah-rendahnya,” kata Associate Professor sekaligus Kepala Arndt-Corden Department of Economics, Crawford School of Public Policy, Australian National University di Australia, Paul Burke.
Dalam tulisan dan juga pemaparannya pada diskusi bertajuk “Navigating the Energy Transition: Challenges and Opportunity” pada 8 Maret lalu, Paul menjelaskan implementasi tiga skema kebijakan kunci tersebut. Pengenalan pemberlakukan pajak karbon akan bahan bakar fosil “bisa lebih dulu diterapkan pada level rendah, untuk kemudian secara berkala terus ditingkatkan.”
Standar portofolio terbarukan atau renewable portfolio standard (RPO) disertai sertifikat hijau (green certificates) dibutuhkan untuk menarik lebih banyak investor dalam skema business-to-business (B2B). Menurut Paul, cara itu juga dapat memastikan pemerintah sudah memenuhi target kuantitas pemanfaatan energi bersih. Di Australia, kata Paul, “standar portofolio terbarukan disertai penerbitan sertifikat hijau menjadi salah satu pilar kunci kebijakan energi terbarukan.”
Sementara itu, transisi ke skema lelang dengan harga penawaran serendah-rendahnya atau reverse auctions bisa diterapkan pada sejumlah proyek pengadaan listrik tanpa karbon. Beberapa putaran lelang skala besar, ia melanjutkan, “dapat mendorong pasar pada awal pemberlakuan reverse auctions.”
Dalam presentasi mengenai pemanfaatan energi matahari dan tenaga angin sebagai sumber kelistrikan terbarukan pada skala nasional, Paul turut memperbandingkan Indonesia dan India. Tentang pemilihan kedua negara untuk diperbandingkan, Paul beralasan, pemerintah India telah bertahun-tahun memprioritaskan tenaga matahari dan tenaga angin sebagai sumber kelistrikan nasional.
“India secara masif menyerap kedua energi itu sebagai sumber kelistrikan. Penerapan teknologi terkait energi matahari dan tenaga angin jauh mengungguli Indonesia,” kata Paul.