Pandemi Covid-19 mengantarkan manusia kepada suatu pemahaman baru akan dunia yang saling berhubungan. Manusia tak akan mampu hidup tanpa sokongan sumber-sumber yang disediakan alam. Air, makanan, dan energi. Namun yang kerap terjadi, manusia justru sering mengabaikan kelestariannya.
“Pengingkaran akan koneksi yang mesti dijaga dengan alam turut menjadi akar penyebab wabah dan berbagai penyakit,” demikian laporan wadah pemikir International Institute for Sustainable Development (IISD) yang bertajuk “Still Only One Earth: Lessons from 50 Years of UN Sustainable Development Policy.”
Setahun semenjak pandemi Covid-19 bermula, IISD secara khusus mengajak pemerintah di pelbagai negara untuk menciptakan energi tanpa merambah hutan. Sebaliknya, IISD mendorong perbaikan tata kelola energi yang berjangka panjang sekaligus ramah lingkungan.
“Energi adalah kisah di balik kehidupan manusia. Ketika kita tak lagi memiliki sumber energi, kisah hidup itu takkan mungkin kita dengar,” kata Rachel Kyte, mantan Duta Khusus Energi Berkelanjutan Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti dikutip IISD dalam laporannya. Secara tak langsung, kalimatnya mengacu pada pengelolaan energi berkelanjutan di masa depan.
Salah satu tantangan dalam memajukan energi berkelanjutan adalah kurangnya kesepakatan antarpemerintah. Beberapa negara berkembang bersikeras akses energi harus menjadi prioritas, dan pilihan teknologi harus menjadi yang kedua. Sementara, produsen batu bara tak ingin merusak perekonomian mereka dengan mempromosikan peralihan dari bahan bakar fosil. Kelompok lainnya, termasuk negara berkembang, menekankan pada energi terbarukan dan pengurangan emisi.
PBB tak memiliki badan khusus yang mencakup semua bidang kebijakan energi. Bahkan istilah “tata kelola energi global” relatif baru, karena agendanya telah lama didominasi oleh pertanyaan tentang keamanan energi dan persaingan geopolitik.
Akses dan transisi energi, pada gilirannya, membutuhkan kerja sama global dan pendekatan lintas sektor. Kerja sama niscaya turut menjaga manusia dari pandemi di masa depan. Manusianya sehat, bisa bekerja dengan baik sembari terus melestarikan lingkungan. Pada titik ini, pilihan yang tepat adalah beralih ke energi terbarukan karena terbukti bermanfaat bagi lingkungan, kesehatan, dan perekonomian.