Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C pada 2100, dunia harus mengurangi emisi CO2 tahunan hingga 48% pada 2030 dan mencapai net zero pada 2050. Hal ini membutuhkan perubahan transformatif dan berkelanjutan di seluruh sistem energi.
Porsi bahan bakar fosil dalam sistem kelistrikan harus terus dipangkas, bahkan dihilangkan, yang didorong oleh peningkatan kapasitas energi terbarukan dan elektrifikasi yang meluas. Pasalnya, infrastruktur bahan bakar fosil yang ada saat ini mengeluarkan emisi hingga 660 GtCO2, melebihi batas sisa anggaran emisi 510 GtCO2 untuk membatasi pemanasan hingga 1,5°C.
Elektrifikasi energi terbarukan adalah kuncinya. Pada 2020, kapasitas energi terbarukan bertambah 280 gigawatt (GW), meningkat 45% dibandingkan tahun sebelumnya dan merupakan kenaikan tahunan yang terbesar sejak 1999. Namun, kapasitas ini masih perlu dinaikkan, di mana jumlah pembangkit listrik surya dan angin harus naik dua kali lipat dari yang telah diumumkan secara global agar sesuai target suhu 1,5 °C.
“Tenaga angin dan surya (matahari) memberikan kita lebih banyak alasan untuk optimis tentang tujuan iklim kita saat mereka memecahkan rekor demi rekor. Tahun lalu, pertambahan kapasitas energi terbarukan mencapai 90% ekspansi sektor tenaga listrik di seluruh dunia,” kata Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol.
Di sisi lain, dalam 10 tahun terakhir, telah terjadi revolusi di sektor energi terbarukan dan penyimpanan energi yang mendorong harga turun lebih cepat dan signifikan. Pada 2010-2019, biaya unit energi surya turun 85%, angin 55%, dan baterai lithium-ion 85%.
Selanjutnya, daya tarik ekonomi transisi sektor energi rendah karbon hingga 2030 terus meningkat sejalan dengan turunnya biaya unit dalam teknologi utama energi terbarukan, utamanya energi angin, surya, dan penyimpanan energi. Biaya energi pembangkit listrik berbasis surya maupun angin kini juga mampu bersaing dengan bahan bakar fosil. Mengacu International Renewable Energy Agency (IRENA) biaya energi surya surya US$ 0,045 per kilowatt hour (kWh), angin US$ 0,044/kWh, fosil US$ 0,055-0,148/kWh.
Kemudian, biaya kendaraan listrik, termasuk mobil, kendaraan roda dua dan tiga, serta bus, terus turun dan adopsinya semakin cepat. Selain itu, di beberapa wilayah dan sektor, mempertahankan sistem intensif karbon mungkin sudah lebih mahal daripada transisi ke sistem rendah karbon.