Seiring seluruh negara ekonomi besar berkomitmen menuju netral karbon dan lebih dari 100 lembaga keuangan menghapus batu bara dari kebijakan keuangannya, negara-negara ASEAN kini punya sumber pendanaan terbatas untuk proyek batu bara. Akibatnya, cepat atau lambat, sektor batu bara di ASEAN dan pekerjanya akan merasakan dampak dari transisi energi.
Mengacu pada policy brief bertajuk “Preparing Green Jobs for Coal Companies’ Transition Strategies in ASEAN”, ada 158 perusahaan dari 19 negara yang memiliki bisnis terkait batu bara di ASEAN, dan 76% berasal dari negara ASEAN. Dari jumlah itu, lebih dari setengahnya adalah perusahaan Indonesia, Thailand, dan Filipina.
Berdasarkan evaluasi, 51 perusahaan sudah punya strategi menuju bisnis rendah karbon. Sebanyak 29 perusahaan–atau 44 jika menghitung yang memasukkannya sebagai opsi pelengkap–memilih energi terbarukan sebagai sumber energi terbaik menuju bisnis rendah karbon. Perusahaan lainnya memilih beralih ke bisnis clean coal techonology (CCT), gas, dan penyimpanan energi.
“Dengan Indonesia memiliki perusahaan batu bara terbanyak, efek langsung kenaikan kebutuhan pekerja terampil di sektor energi terbarukan, CCT, dan gas diperkirakan muncul di sini,” mengutip laporan tersebut.
Namun, meski inisiatif transisi rendah karbon semakin meluas di ASEAN, hanya tiga negara ASEAN yang sudah membahas kebutuhan keterampilan, hak-hak pekerja, dan pertumbuhan inklusif dalam regulasi, yaitu Filipina, Singapura, dan Malaysia.
Laporan ini merekomendasikan sejumlah langkah yang harus dilakukan pemimpin negara-negara ASEAN, di antaranya mendefinisikan cakupan pekerjaan rendah karbon pada level regional, termasuk menentukan apakah CCT dan gas termasuk dalam pilihan dekarbonisasi. Sementara, Indonesia, Thailand, dan Vietnam yang memiliki industri batu bara cukup besar, perlu memasukkan elemen keadilan dalam kebijakan pembangunan mereka.
“Meski demikian, salah satu saran praktis yang bisa dilakukan yaitu menggelar Forum Green Jobs tahunan atau menambahkan topik pekerjaan hijau dalam pertemuan tahunan ASEAN Ministers of Energy Meeting (AMEM).”